HaditsKitab Hadits Arbain An-Nawawiyah

Hadis Arbain ke-38: Bagaimana Menjadi Wali Allah.

Mukadimah

نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah yang dimuliakan oleh Allah سبحانه وتعالى. Alhamdulillah, kita senantiasa memuji Allah atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya. Kesehatan dan kesempatan merupakan nikmat agung yang seringkali dilalaikan oleh banyak manusia. Shalawat beriring salam semoga senantiasa dianugerahkan oleh Allah سبحانه وتعالى kepada Nabi kita, Muhammad ﷺ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ.

Hadis ke-38: Siapakah Wali Allah?

Kita masuk kepada hadis yang ke-38.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ”.

(Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah (nawafil) hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, pasti akan Aku beri. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti akan Aku lindungi.'”)

(HR. Al-Bukhari)

Hadis Qudsi ini merupakan hadis yang paling mulia dalam menjelaskan perihal para wali Allah.

Ancaman bagi yang Memusuhi Wali Allah

Allah berfirman: “مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ” (Siapa yang memusuhi seorang wali-Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya).

Wali adalah orang yang dicintai dan dekat dengan Allah. Siapa yang memerangi orang-orang yang dicintai Allah, berarti ia sengaja berdiri untuk memerangi Allah, maka Allah pun akan memeranginya. Sebagaimana musuh-musuh Allah wajib dimusuhi, maka wali-wali Allah haram untuk dimusuhi dan wajib untuk dicintai.

Perlu kita ketahui bahwa seluruh maksiat pada hakikatnya adalah bentuk peperangan terhadap Allah. Semakin besar dan keji dosa itu, maka semakin dahsyat pula peperangannya dengan Allah. Oleh karena itu, Allah menyebut pemakan riba dan perampok sebagai orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya karena dahsyatnya kerusakan yang mereka timbulkan. Demikian pula halnya dengan memusuhi para kekasih Allah.

Konsekuensi dari keimanan adalah mencintai orang-orang yang beriman dan membenci orang-orang yang kufur. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Mujadilah ayat 22, tidak akan mungkin ditemukan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, namun mereka berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.

Lalu, siapa sebenarnya wali Allah itu? Wali Allah adalah setiap orang yang beriman dan bertakwa. Semakin tinggi tingkat keimanan dan ketakwaannya, maka semakin tinggi pula derajat kewaliannya di sisi Allah.

Jalan Menuju Derajat Kewalian

Penggalan hadis berikutnya menjelaskan karakter para wali dan bagaimana cara mereka mendekatkan diri kepada Allah. الْوَلِيُّ (wali) berasal dari kata الْوِلَايَةُ (wilayah) yang bermakna الْقُرْبُ (dekat). Sementara الْعَدَاوَةُ (permusuhan) berasal dari makna الْبُعْدُ (jauh). Maka, wali-wali Allah adalah mereka yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan-amalan yang dicintai-Nya.

Jalan untuk meraih cinta Allah dan menjadi wali-Nya terbagi menjadi dua tingkatan:

Tingkatan Pertama: Menunaikan Kewajiban (المُقْتَصِدُونَ)

“وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ”

(Tidaklah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya).

Ini adalah tingkatan dasar dan yang paling dicintai Allah. Amalan wajib ini meliputi:

  1. Melakukan hal-hal yang diwajibkan: Seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, dan kewajiban lainnya.
  2. Meninggalkan hal-hal yang diharamkan: Seperti syirik, riba, zina, dan semua larangan Allah.

Ini adalah tingkatan para أَصْحَابُ الْيَمِينِ (golongan kanan).

Tingkatan Kedua: Memperbanyak Amalan Sunnah (السَّابِقُونَ بِالْخَيْرَاتِ)

“وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ”

(Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah (nawafil) hingga Aku mencintainya).

Ini adalah derajat yang lebih tinggi, yaitu orang-orang yang setelah menunaikan semua kewajiban, mereka bersungguh-sungguh menambahnya dengan amalan-amalan sunnah (النَّوَافِلُ). Amalan sunnah ini merupakan tambahan dari jenis amalan wajib itu sendiri, seperti:

  • Shalat-shalat sunnah (rawatib, dhuha, tahajjud, dll).
  • Puasa-puasa sunnah (Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, dll).
  • Sedekah dan infak di luar zakat wajib.
  • Haji dan umrah sunnah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa tidak ada cara untuk meraih cinta Allah dan derajat kewalian kecuali dengan melaksanakan ketaatan yang disyariatkan melalui lisan Rasulullah ﷺ. Siapa pun yang mengklaim bisa dekat dengan Allah melalui cara selain ini, maka ia adalah pendusta.

Buah dari Kecintaan Allah kepada Hamba-Nya

“فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا”

(Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan).

Makna dari penggalan ini adalah:

Siapa yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan wajib lalu menambahnya dengan amalan sunnah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dari tingkat Iman ke tingkat Ihsan. Hatinya akan dipenuhi dengan ma’rifatullah (mengenal Allah), keagungan, kecintaan, dan rasa takut kepada-Nya.

Ketika hati telah dipenuhi dengan pengagungan kepada Allah, maka tidak ada lagi tempat bagi hawa nafsu. Akibatnya:

  • Ia tidak akan mendengar kecuali apa yang diridhai Allah.
  • Ia tidak akan melihat kecuali apa yang diridhai Allah.
  • Ia tidak akan berbuat kecuali apa yang diridhai Allah.
  • Ia tidak akan melangkahkan kakinya kecuali kepada apa yang diridhai Allah.

Seluruh gerak-geriknya akan dibimbing dan dijaga oleh Allah. Ini bukan berarti menyatunya Tuhan dengan makhluk (wihdatul wujud atau hulul), melainkan Allah memberikan taufik dan bimbingan khusus kepada hamba yang dicintai-Nya.

“وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ”

(Jika ia memohon kepada-Ku, pasti akan Aku beri. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti akan Aku lindungi).

Apabila seorang hamba telah mencapai kedudukan khusus ini, maka ia akan menjadi orang yang doanya dikabulkan (مُسْتَجَابُ الدَّعْوَةِ). Apabila ia meminta, Allah akan memberinya. Apabila ia memohon perlindungan, Allah akan melindunginya. Hal ini karena kemuliaannya di sisi Allah yang ia raih melalui ketaatan dan pengagungan kepada-Nya.

Banyak dari kalangan salaf yang dikenal doanya dikabulkan, seperti Sa’ad bin Abi Waqqas dan Sa’id bin Zaid رضي الله عنهما.

Karamah Para Wali

Wali Allah terkadang diberikan oleh Allah كَرَامَة (karamah), yaitu kejadian luar biasa sebagai bentuk pemuliaan untuknya. Karamah berbeda dengan mukjizat yang khusus untuk para nabi dan rasul. Karamah adalah anugerah, bukan sesuatu yang bisa diusahakan atau dipanggil sesuka hati.

Imam Syafi’i رحمه الله berkata, “Jika engkau melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara, janganlah langsung mempercayainya hingga engkau menimbang perbuatannya dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.” Jika amalannya sesuai dengan sunnah, maka itu adalah karamah. Jika tidak, maka itu adalah tipu daya setan.

Penutup

Mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan hidayah untuk bisa menjalankan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, serta menambahnya dengan amalan-amalan sunnah. Dan tentu kita selalu memohon kepada Allah agar kita selalu dibimbing di atas jalan tersebut.

Tanya Jawab

  • Hukum Jasa Agen Keuangan (BRI Link): Wallahu a’lam, hal seperti ini lebih baik dijauhi karena adanya unsur mengambil kelebihan dari transaksi utang-piutang (jasa tarik tunai dari saldo). Masih banyak rezeki Allah yang halal.
  • Menyikapi Sistem Riba dalam Perekonomian: Yang mengayakan orang kafir melalui sistem riba seringkali adalah kaum muslimin sendiri yang menaruh uangnya di sana. Jika kita terjerumus dalam riba, maka Allah memerangi kita. Sebaliknya, jika kita meninggalkannya, Allah akan memberkahi harta yang halal.
  • Merutinkan Shalat Dhuha: Boleh. Shalat Dhuha adalah bentuk syukur kita atas 360 persendian yang Allah berikan, dan dua rakaat Dhuha dapat mencukupi sedekah untuk semua itu.
  • Ciri-ciri Wali Allah di Zaman Ini: Ciri utamanya adalah sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an: الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa). Adapun kejadian luar biasa seperti rumah yang tidak terbakar saat kebakaran, itu bisa jadi merupakan karamah dari Allah jika pemiliknya adalah orang yang saleh.

وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ.

صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Related Articles

Back to top button