Syarah Riyadhus Shalihin, Bab 37 : Memberi Harta Yang Dicintai dan Yang Baik

Syarah Riyadhus sholihin
Bab 37 : Memberi Harta yang dicintai dan yang baik.
Hadits No. 297
٢٩٧ – عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَبُو طَلْحَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِينَةِ مَالًا مِنْ نَخْلٍ، وَكَانَ أَحَبُّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرَحَاءَ، وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيْهَا طَيِّبٍ قَالَ أَنَسُ : فَلَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ قَامَ أَبُوْ طَلْحَةَ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ اللهَ تَعَالَى أَنْزَلَ عَلَيْكَ: وَلَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَإِنَّ أَحَبَّ مَالِي إِلَيَّ بَيْرَحَاءُ، وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ تَعَالَى أَرْجُوْ بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى، فَضَعْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ حَيْثُ أَرَاكَ اللَّهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((بَحْ ذُلِكَ مَالُ رَابِحٌ، ذَلِكَ مَالُ رَابِحُ، وَقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ، وَإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا في الْأَقْرَبِيْنَ.)) فَقَالَ أَبُوْ طَلَحْةَ: أَفْعَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَسَّمَهَا
أَبُو طَلْحَةَ في أَقَارِبِهِ، وَبَنِي عَمِهِ. (متفق عليه)
- Dari Anas (bin Malik), dia bercerita: “Abu Thalhah adalah orang Anshar yang paling kaya dengan perkebunan kurma di Madinah. Harta (kekayaan) yang paling dicintai olehnya ialah kebun Bairaha yang menghadap (dekat dengan) Masjid Nabawi. Rasulullah sering masuk ke kebun itu dan meminum air bersih yang berada di dalamnya.”
Anas melanjutkan: “Ketika turun ayat ini: ‘Sekali-kali kamu tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai,’ Abu Thalhah menghadap beliau dan berkata:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah ta’ala menurunkan ayat ini kepada engkau: Sekali-kali kamu tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” Ketahuilah bahwa harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha, dan sekarang kebun tersebut aku sedekahkan demi Allah ta’ala dengan mengharap kebajikannya dan sebagai simpanan di sisi Allah ta’ala. Maka manfaatkanlah (kebun itu) sesuai dengan petunjuk Allah yang diberikan kepada engkau, wahai Rasulullah.’ Lalu Rasulullah bersabda: ‘Bagus! Itulah harta yang menguntungkan. Itulah harta yang menguntungkan. Aku mendengar apa yang kamu katakan tadi, dan menurutku sebaiknya engkau membagi-bagikan kebun tersebut kepada sanak kerabat.’
Kemudian Abu Thalhah berkata: ‘Akan kukerjakan, wahai Rasulullah.’ Setelah itu, Abu Thalhah membagi-bagikan kebun tersebut untuk sanak kerabat dan keponakan-keponakannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Sabda beliau ﷺ(مال رابح). Dalam ash-Shahihain diriwayatkan dengan lafazh: (رابح) dengan huruf ba’, dan (رابح) dengan huruf ya’. Dengan lafazh yang kedua artinya: “Manfaatnya akan kembali kepadamu.” Sedangkan (بيرحاء) adalah kebun kurma. Mengenai cara membacanya, boleh dengan meng-kasrab-kan huruf ba’ atau mem-fat-hah-kannya.
Kandungan Hadits
- Keutamaan berinfak dengan harta yang paling baik dan yang paling dicintai seorang hamba.
- Kesegeraan para Sahabat dalam memenuhi perintah Allah ﷻ, serta keinginan keras mereka dalam berupaya mencapai tingkatan (derajat keimanan) yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
- Menyerahkan kepada para ulama dan orang-orang bijak (yang adil) untuk membagikan dan mengalokasikan sedekah demi kebaikan.
- Diperbolehkan memanfaatkan masjid untuk sesuatu yang bersifat umum demi kepentingan kaum Muslimin.
- Perintah berbuat baik dan memuji pelakunya seraya bergembira dan merasa kagum terhadap perbuatan mereka.
- Orang-orang yang paling berhak menerima kebaikan dari kita adalah kerabat dan keluarga.
- Tidak mengapa masuk ke dalam kebun untuk berteduh dan minum airnya, terutama jika pemiliknya senang akan tindakan tersebut.
- Keutamaan Abu Thalhah, dan mengingat ayat al-Qur-an di atas sudah mencakup perintah agar menginfakkan harta yang dicintai dan ia menyentuh hati Sahabat ini untuk menginfakkan harta yang paling dia cintai. Rasulullah ﷺ pun membenarkan pendapatnya itu dengan menyatakan: “Bagus! Itulah harta yang menguntungkan.”
- Kekayaan yang dipersembahkan ke hadirat Rabb semesta alam s serta yang disimpan di sisi-Nya untuk suatu hari tatkala tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak merupakan harta yang beruntung dan tergolong perdagangan yang tidak akan pernah merugi, sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut:
مَا عِندَكُمْ يَنقَد وَمَا عِندَ اللَّهِ بَافي
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal….” (QS. An-Nahl [16]: 96)
Wallahu a’lam.
Rujukan :
Bahjatun Nadzirin Syarah Riyadhus Shalihin (بهجة النا ظرين شرح رياض الصالحين)Karya Syaikh Salim Bin ‘Ied Al-Hilali حفظه الله تعالى