
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, kita selalu memuji dan memuji Allah سبحانه وتعالى atas segala nikmat dan karunia yang Allah limpahkan. Salawat dan salam semoga dianugerahkan Allah سبحانه وتعالى kepada Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Kita akan membahas Hadis Arbain ke-28: Wasiat Nabi untuk Bertakwa dan Mendengar serta Taat kepada Pemimpin.
Hadis ke-28: Wasiat Nabi untuk Bertakwa, Mendengar, dan Taat
Dari Abu Najih al-Irbadh bin Sariyah رضي الله عنه, ia berkata:
وَاعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah menasihati kami dengan sebuah nasihat yang membuat hati bergetar dan air mata berlinang. Maka kami berkata: ‘Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat.'”
قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Beliau bersabda: ‘Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, serta mendengar dan taat (kepada pemimpin) meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena sesungguhnya siapa di antara kalian yang hidup (setelahku) akan melihat perselisihan yang banyak.'”
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Maka wajib atas kalian berpegang teguh pada sunahku dan sunah para Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham (peganglah erat-erat).”
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan sahih.
Pesan-pesan Penting dari Hadis:
- Nasihat yang Menggetarkan Hati:
- Nabi صلى الله عليه وسلم adalah penasihat terbaik. Nasihat beliau menyentuh hati dan membuat air mata berlinang.
- Ini menunjukkan kekuatan nasihat yang tulus dan penuh hikmah.
- Wasiat untuk Bertakwa kepada Allah (أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ):
- Takwa adalah pondasi utama dalam Islam. Takwa berarti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
- Takwa adalah bekal terbaik untuk dunia dan akhirat.
- Wasiat untuk Mendengar dan Taat kepada Pemimpin (وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ):
- Wajib mendengar dan taat kepada pemimpin muslim, bahkan jika ia seorang budak sekalipun.
- Ketaatan ini berlaku selama perintah pemimpin tidak bertentangan dengan syariat Allah. Jika perintahnya maksiat, maka tidak ada ketaatan.
- Pentingnya Ketaatan: Untuk menjaga persatuan umat dan menghindari perpecahan serta kekacauan.
- Akan Terjadi Banyak Perselisihan (فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا):
- Nabi صلى الله عليه وسلم mengabarkan bahwa akan terjadi banyak perselisihan setelah beliau wafat. Ini adalah mukjizat kenabian beliau.
- Ini menunjukkan pentingnya panduan yang akan diberikan selanjutnya.
- Wajib Berpegang Teguh pada Sunah Nabi dan Khulafaur Rasyidin (فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ):
- Ini adalah solusi untuk menghadapi perselisihan.
- Sunah Nabi: Segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi صلى الله عليه وسلم.
- Sunah Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Sunah mereka adalah kelanjutan dari sunah Nabi dan menjadi panduan setelah beliau.
- “Gigitlah dengan gigi geraham” (عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ): Ungkapan ini menunjukkan pentingnya berpegang teguh dan tidak melepaskan sunah tersebut sedikit pun.
- Jauhi Perkara Baru dalam Agama (وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ):
- Muhdatsat (مُحْدَثَاتُ الْأُمُورِ): Perkara-perkara baru yang tidak ada contohnya dari Nabi صلى الله عليه وسلم dan para sahabat dalam urusan agama.
- Setiap Muhdatsah adalah Bid’ah (فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ): Ini adalah kaidah umum yang mencakup semua inovasi dalam agama.
- Setiap Bid’ah adalah Kesesatan (وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ): Semua bid’ah adalah sesat, tidak ada bid’ah hasanah (baik) dalam urusan ibadah murni.
- Bahaya Bid’ah: Bid’ah menjauhkan dari sunah, membuat amal tertolak, dan bisa menjadi sebab terhalangnya masuk surga.
Tanya Jawab:
- Apakah Makmum Boleh Mengeraskan Suara “Amin” setelah Imam? Ya, disunahkan mengeraskan suara “Amin” setelah imam, karena ini adalah perintah Nabi صلى الله عليه وسلم.
- Apakah Salat Tarawih 23 Rakaat Termasuk Bid’ah? Tidak. Salat tarawih 23 rakaat (20 rakaat salat + 3 rakaat witir) adalah sunah Umar bin Khattab رضي الله عنه, dan termasuk dalam “sunah Khulafaur Rasyidin”. Ini bukan bid’ah karena ada dasarnya dari sunah Nabi (beliau pernah salat 11 rakaat, 13 rakaat, bahkan pernah salat malam hingga pagi). Perbedaan jumlah rakaat adalah ijtihad para sahabat, bukan bid’ah.
- Peran Ulama dalam Menghadapi Perselisihan: Ulama memiliki peran penting dalam menjelaskan sunah dan membimbing umat agar tetap berada di jalan yang benar saat terjadi perselisihan. Mereka adalah pewaris Nabi.
- Hukum Mengucapkan “Selamat Natal”: Tidak boleh mengucapkan “Selamat Natal” karena itu adalah ucapan yang mengandung pengakuan terhadap keyakinan mereka yang bertentangan dengan tauhid. Ini termasuk dalam perkara agama yang tidak boleh dicampuradukkan.
- Hukum Mengucapkan “Selamat Idul Fitri” kepada Non-Muslim: Boleh, karena itu adalah ucapan kebaikan yang umum dan tidak berkaitan dengan akidah mereka.
- Sikap terhadap Pemimpin Zalim: Tetap wajib mendengar dan taat selama perintahnya tidak maksiat. Tidak boleh memberontak atau mencabut ketaatan, karena hal itu akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar (fitnah, pertumpahan darah). Doakan kebaikan bagi pemimpin dan nasihati dengan cara yang baik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.