Ilmu dan Keutamaan Orang Yang Berilmu

Tadzkirah Assami’ wal Mutakallim Fii Adabil ‘Alim wal Muta’allim
Narasumber : Buya Muhammad Elvi Syam, Lc., M.A
Pertama : “Di dalam keutamaan ‘Ilmu dan Ulama”
“Ayat ayat Al-Quran yang menjelaskan keutamaan mempelajari Ilmu dan mengajarkannya”
Allah ta’la berfirman :
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَيَرْفَعُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجْتْ»
Artinya : “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan bahwasanya Allah mengangkat kedudukan orang-orang yang berilmu beberapa derajat dibandingkan manusia-manusia yang lainnya.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata :
، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: «الْعُلَمَاءُ فَوْقَ الْمُؤْمِنِينَ بِسَبْعِ مِائَةٍ – دَرَجَةً، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ مِائَةُ عَامٍ» .
Artinya : “Bahwasanya Ulama itu berada di atas orang-orang yang beriman 700 tingkatan, di antara derajatnya 100 tahun.”
Hadist Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma juga menjelaskan bagaimana kedudukan orang yang berilmu di atas orang-orang yang beriman lainnya.
Malik bin Anas di dalam menafsirkan ayat {نرفع درجات من نشآء}, Zaid bin Aslam berkata, “maksud dalam ayat tersebut adalah di dalam perkara Ilmu.”
Ibnul Qoyyim rahimahullah ta’ala menyebutkan di dalam kitabnya Miftahud Darus Sa’adah, “Di dalam Al-Quran tidaklah Allah menyebutkan akan mengangkat kedudukan kecuali berkaitan keimanan dan keilmuan.”
Dan Allah ta’la berfirman:
وَقَالَ تَعَالَى: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأَولُوا الْعِلْمَ} الْآيَةَ، بَدَأَ سُبْحَانَهُ بِنَفْسِهِ وَثنَى بِمَلَائِكَتِهِ وَثُلُثَ بِأَهْلِ الْعِلْمِ، وَكَفَاهُمْ ذَلِكَ شَرَفًاً وَفَضْلًاً وَجَلَالَةً وَنَبْلًا.
Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu”, Allah subhanahu wa Ta’ala memulai dengan dirinya, dan memuji para malaikat-Nya dan Orang-orang yang berilmu, dan mencukupkan mereka dengan kemulian, dan keutamaan, dan keagungan.
Allah ta’la berfirman:
وَقَالَ تَعَالَى: {قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ}
Artinya: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Makna ayat {هَلْ يَسْتَوِى } bahwasannya tidak akan pernah sama kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang jahil.
Allah ta’la berfirman :
قال تعالى : { فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.}
Artinya : “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
“فإن الذكر” “الذكر”
Memiliki dua makna :
=> yang pertama, Kitab Qodari yaitu Lauhil mahfudz.
=> yang kedua, kitab Syar’i yaitu seperti kitab-kitab yang telah diturunkan seperti Taurat, Injil, dan kitab-kitab yang diturunkan lainnya. Akan tetapi yang dimaksud di sini adalah Alquran. (Ibnul Qoyyim yang menjelaskan dua makna ini)
Allah ta’la berfirman :
وَقَالَ تعالى ( وَما يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعِلْمُونَ)
Artinya : “Tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”
Di dalam ayat ini menjelaskan tentang kemuliaan ilmu, bahwasanya orang yang berilmu adalah orang yang berakal.
Allah ta’la berfirman :
وَقَالَ تَعَالَى: « بَلْ هُوَ ءَايَـٰتٌۢ بَيِّنَـٰتٌۭ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ »
Allah ta’la berfirman : “Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.”
Dalam ayat tersebut maksudnya adalah Al-Quran. Al-Quran Al-Karim merupakan bukti yang nyata di dalam dada-dada orang yang telah diberikan Ilmu. Dan yang maksud ayat ini ialah Nabi ﷺ. Kalau sekiranya ayat berkaitan dengan Nabi ﷺ, maka itu berkaitan dengan para pengikut dan umatnya ﷺ baik dari orang-orang yang berilmu, karena Al-Quran hakikatnya merupakan bukti nyata di dalam dada-dada mereka.
Allah ta’la berfirman :
وَقَالَ تَعَالَى: «إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ »
Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”
Makna dari ayat ini adalah bahwasanya mereka (para Ulama) adalah orang-orang yang takut kepada Allah ta’la, dan sesungguhnya orang-orang yang khosyyah (takut) sejatinya dikarenakan hati-hati mereka terkumpul antara sifat khauf (takut) dan Ilmu.
Dan takut kepada Allah merupakan ibadah diantara ibadah-ibadah lainnya, yang mana kita telah diperintahkan dengannya.
وَقَالَ: وَأُولِيكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرْيِيَّةِ إِلَى قَوْلِهِ : وَذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ)، فَاقْتَضَتْ الْعُلَمَاءُ هُمْ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ اللَّهَ تَعَالَى، وَأَنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ اللَّهَ تَعَالَى هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ؛ فَيَنْتِجُ : أَنَّ الْعُلَمَاءَ ، خَيْرُ الْبَرِيَّةِ .
Para Ulama, mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah, dan mereka merupakan sebaik-baik makhluk dimuka bumi.
Sebagaimana yang dijelaskan Allah ta’la dalam firman surah Al bayyinah :
وَأُولِيكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرْيِيَّةِ
Artinya : “Merekalah sebaik-baiknya makhluk.”