Adab Memakai & Melepas Sandal/Pakaian Sesuai Sunnah.

Orang yang memakai sandal ini mirip atau serupa dengan pengendara kenderaan (رَاكِبٌ
). Dari sisi apa samanya? Yaitu فِي خِفَّةِ الْمَشَقَّةِ عَلَيْهِ
(dalam hal mengurangi kesulitan baginya), وَقِلَّةِ التَّعَبِ
(dan kurangnya rasa keletihan) – sebab orang tidak pakai sandal lebih letih – وَسَلَامَةِ رِجْلِهِ مِمَّا يَعْرِضُ فِي الطَّرِيقِ مِنْ حُزُونَةٍ وَشَوَائِكٍ وَقَذَرٍ وَنَحْوِ ذَٰلِكَ
(dan keselamatan kakinya dari hal-hal yang menghalanginya di jalan berupa benda keras (حُزُونَةٍ
), duri (شَوَائِكٍ
), kotoran (قَذَرٍ
), dan lain-lainnya). Jadi, seperti naik kendaraan, kaki tidak kena keras, duri, atau kotoran; memakai sandal juga melindungi kaki dari sentuhan langsung dengan tanah dan hal yang menyakitkan.
وَفِيهِ
(Di dalam hadits ini) ada faedah:
اسْتِحْبَابُ الِاسْتِظْهَارِ فِي السَّفَرِ بِالنِّعَالِ وَغَيْرِهِمَا مِمَّا يُحْتَاجُ إِلَيْهِ الْمُسَافِرُ
(Anjuran untuk melindungi diri (khususnya kaki) dalam perjalanan (السَّفَرِ
) dengan memakai sandal (النِّعَالِ
) dan yang lainnya yang dibutuhkan oleh seorang musafir).وَاسْتِحْبَابُ وَصِيَّةِ الْأَمِيرِ أَصْحَابَهُ بِذَٰلِكَ
(Dianjurkannya bagi seorang pemimpin (الْأَمِيرِ
) untuk menasihati (وَصِيَّةِ
) rekan-rekannya (أَصْحَابَهُ
) dengan hal tersebut), seperti menyuruh memakai sandal atau menggunakan kendaraan. Ini menunjukkan indahnya agama Islam yang mengajarkan adab hingga cara berjalan. Sabda Nabi ﷺ: اسْتَكْثِرُوا مِنَ النِّعَالِ، فَإِنَّ الرَّجُلَ لَا يَزَالُ رَاكِبًا مَا انْتَعَلَ
(Seringlah memakai sandal, karena seseorang senantiasa dianggap berkendara selama ia memakai sandal).
Bab yang Kedua:
بَابٌ اسْتِحْبَابُ لُبْسِ الثَّوْبِ وَالنَّعْلِ وَالْخُفِّ وَنَحْوِهَا بِالْيُمْنَىٰ أَوَّلًا، وَالْخَلْعِ مِنَ الْيُسْرَىٰ أَوَّلًا، وَكَرَاهَةُ الْمَشْيِ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ
(Bab Anjuran Memakai Pakaian (الثَّوْبِ), Sandal (النَّعْلِ), Khuf (الْخُفِّ), dan Semisalnya dengan Kaki/Tangan Kanan (بِالْيُمْنَىٰ) Lebih Dahulu, dan Melepasnya dengan Kaki/Tangan Kiri (مِنَ الْيُسْرَىٰ) Lebih Dahulu, serta Dibencinya (كَرَاهَةُ) Berjalan dengan Memakai Satu Sandal (نَعْلٍ وَاحِدَةٍ)).
Hadits Pertama (dari Abu Hurairah):
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَٰنِ بْنُ سَلَّامٍ الْجُمَحِيُّ حَدَّثَنِي الرَّبِيعُ – هُوَ ابْنُ مُسْلِمٍ – عَنْ مُحَمَّدٍ – يَعْنِي ابْنَ زِيَادٍ – عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: إِذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيُمْنَىٰ، وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ. لِتَكُنِ الْيُمْنَىٰ أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ وَآخِرَهُمَا تُنْزَعُ.
(Berdasarkan hadits dengan sanadnya kepada Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila salah seorang di antaramu memakai sandal (إِذَا انْتَعَلَ), maka dahulukanlah dengan kaki kanan (فَلْيَبْدَأْ بِالْيُمْنَىٰ). Dan apabila dia membukanya/melepasnya (إِذَا نَزَعَ), maka hendaklah dia mulai dengan kaki kiri (فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ). Hendaklah (kaki) kanan menjadi yang pertama dipakai dan yang terakhir dilepas (لِتَكُنِ الْيُمْنَىٰ أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ وَآخِرَهُمَا تُنْزَعُ).”)
Maksudnya, jika memakai sandal, pakailah kedua-duanya; jika melepas, lepaskan kedua-duanya.
Sebelum mengetahui ilmu ini, mungkin kita tidak peduli memulai dengan kaki mana. Tapi setelah berilmu, mengamalkan adab sederhana ini bisa menjadi jalan ke surga (مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
) dan mendatangkan pahala setiap kali memakai dan melepas sandal. Contoh: Seorang teman Arab menendang sandal kirinya mendekati sandal kanan agar bisa memakai yang kanan dulu, lalu memakai yang kiri, demi mengamalkan hadits ini dan tidak berjalan dengan satu sandal.
Hadits Kedua (dari Abu Hurairah):
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَىٰ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَىٰ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: لَا يَمْشِ أَحَدُكُمْ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ. لِيُنْعِلْهُمَا جَمِيعًا أَوْ لِيَخْلَعْهُمَا جَمِيعًا.
(Dengan sanadnya kepada Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan memakai satu sandal (نَعْلٍ وَاحِدَةٍ). Hendaklah ia memakai keduanya sekaligus (لِيُنْعِلْهُمَا جَمِيعًا) atau melepas keduanya sekaligus (أَوْ لِيَخْلَعْهُمَا جَمِيعًا).”)
(Bagian selanjutnya berisi bacaan Al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 1-37, yang tampaknya tidak terkait langsung dengan bab fikih sebelumnya):
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ.
الْحَاقَّةُ ﴿١﴾ مَا الْحَاقَّةُ ﴿٢﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ ﴿٣﴾ كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ ﴿٤﴾ فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ ﴿٥﴾ وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ ﴿٦﴾ سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ ﴿٧﴾ فَهَلْ تَرَىٰ لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ ﴿٨﴾ وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ ﴿٩﴾ فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً ﴿١٠﴾ إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ ﴿١١﴾ لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ ﴿١٢﴾ فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ ﴿١٣﴾ وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً ﴿١٤﴾ فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ ﴿١٥﴾ وَانشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ ﴿١٦﴾ وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ ﴿١٧﴾ يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَىٰ مِنكُمْ خَافِيَةٌ ﴿١٨﴾ فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ ﴿١٩﴾ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ ﴿٢٠﴾ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ﴿٢١﴾ فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ﴿٢٢﴾ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ﴿٢٣﴾ كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ ﴿٢٤﴾ وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ ﴿٢٥﴾ وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ ﴿٢٦﴾ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ ﴿٢٧﴾ مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ ﴿٢٨﴾ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ ﴿٢٩﴾ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ﴿٣٠﴾ ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ ﴿٣١﴾ ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ ﴿٣٢﴾ إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ ﴿٣٣﴾ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ ﴿٣٤﴾ فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيمٌ ﴿٣٥﴾ وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ ﴿٣٦﴾ لَّا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِئُونَ ﴿٣٧﴾1
(Penjelasan tentang Mendahulukan Kanan – التَّيَامُنُ
)
Prinsip mendahulukan yang kanan (الْيُمْنَىٰ
) dianjurkan (مُسْتَحَبٌّ
) pada semua perbuatan yang merupakan أَنْوَاعُ التَّكْرِيمِ
(jenis-jenis pemuliaan), kebersihan, dan perhiasan, seperti:
- Memakai sandal (
نَعْل
), sepatu (خُفّ
), celana (سَرَاوِيل
), baju (قَمِيص
,ثَوْب
). - Memasukkan tangan kanan dulu ke lengan baju (
كُمّ
). - Mencukur rambut (
حَلْقُ الرَّأْسِ
) – mulai dari sisi kanan. - Menyisir rambut (
تَرْجِيل
) – mulai kanan. - Merapikan kumis (
قَصُّ الشَّارِبِ
) – mulai kanan. - Mencabut bulu ketiak (
نَتْفُ الْإِبِطِ
) – mulai kanan. - Bersiwak (
سِوَاك
). - Memakai celak mata (
اكْتِحَال
). - Memotong kuku (
تَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ
). - Berwudhu (
وُضُوء
), mandi (غُسْل
), tayamum (تَيَمُّم
). - Masuk masjid (
دُخُولُ الْمَسْجِدِ
). - Keluar dari WC (
الْخُرُوجُ مِنَ الْخَلَاءِ
). - Memberi sedekah (
صَدَقَة
). - Makan (
أَكْلٌ
), minum (شُرْبٌ
). - Berjabat tangan (
مُصَافَحَةٌ
). - Menyentuh Hajar Aswad (
اسْتِلَامُ الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ
). - Mengambil (
أَخْذٌ
) dan memberi (إِعْطَاءٌ
). - Dan semua perbuatan baik lainnya.
Mendahulukan Kiri (الْيُسْرَىٰ)
Dianjurkan memulai dengan kiri pada perbuatan yang sebaliknya, seperti:
- Melepas sandal (
خَلْعُ النَّعْلِ
), sepatu (الْخُفِّ
), celana (السَّرَاوِيلِ
), baju (الثَّوْبِ
). - Keluar dari masjid (
الْخُرُوجُ مِنَ الْمَسْجِدِ
). - Masuk ke WC (
دُخُولُ الْخَلَاءِ
). - Istinja (
اسْتِنْجَاء
). - Menyentuh kemaluan (
مَسُّ الذَّكَرِ
). - Membersihkan hidung (
امْتِخَاط
). - Menyentuh hal-hal kotor (
مُلَامَسَةُ الْأَقْذَارِ
).
Hukum Berjalan dengan Sandal Sebelah
يُكْرَهُ الْمَشْيُ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ أَوْ خُفٍّ وَاحِدٍ أَوْ مَدَاسٍ وَاحِدٍ لِغَيْرِ عُذْرٍ (Dibenci (مَكْرُوهٌ) untuk berjalan dengan memakai sandal sebelah, atau khuf sebelah, atau sepatu sebelah, tanpa ada uzur).
Sebab dimakruhkan:
- Karena
تَشْوِيهٌ
(terlihat jelek/tidak bagus). - Karena
خِلَافُ الْوَقَارِ
(menyelisihi sikap wibawa/terhormat). لِأَنَّ الْمُنْتَعِلَةَ تَكُونُ أَرْفَعَ مِنَ الْأُخْرَىٰ
(Karena kaki yang memakai sandal lebih tinggi dari yang tidak),فَيَعْسُرُ مَشْيُهُ وَقَدْ يَكُونُ سَبَبًا لِلتَّعَثُّرِ وَالِانْقِلَابِ
(sehingga jalannya menjadi pincang/sulit dan bisa jadi menyebabkan tersandung atau terjatuh).
هَٰذِهِ الْآدَابُ الثَّلَاثَةُ [...] مُجْمَعٌ عَلَىٰ اسْتِحْبَابِهَا
(Adab yang tiga ini – memulai kanan saat memakai, kiri saat melepas, memakai/melepas keduanya – disepakati (مُجْمَعٌ عَلَىٰ
) anjurannya (اسْتِحْبَابِهَا
)). وَأَنَّهَا لَيْسَتْ وَاجِبَةً
(Dan bahwasanya ia bukanlah wajib (وَاجِبَةً
)).
Jika tali sandal putus (إِذَا انْقَطَعَ شِسْعُهُ
), فَلْيَخْلَعْهُمَا
(hendaklah ia lepas kedua sandalnya), وَلَا يَمْشِ فِي الْأُخْرَىٰ وَحْدَهَا حَتَّىٰ يُصْلِحَهَا وَيَنْعَلَهَا
(dan jangan berjalan dengan sandal yang satu lagi saja sampai ia memperbaiki (yang putus) dan memakainya kembali), sebagaimana teks hadits (كَمَا هُوَ نَصٌّ فِي الْحَدِيثِ
).
Subhanallah, agama kita sangat indah, sampai cara pakai sandal pun diajarkan. Pelajaran yang bisa diambil: kalau memakai (sandal, sepatu, baju, celana), dahulukan yang kanan. Apabila membuka, dahulukan yang kiri. Jangan memakai sandal/sepatu/kaus kaki sebelah.
وَاللَّهُ تَعَالَىٰ أَعْلَمُ. Mudah-mudahan bermanfaat.
صَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.