0%
Kembali ke Blog Syarah Shahih Muslim: Bab lanjutan – Kasih sayang Nabiﷺ

Syarah Shahih Muslim: Bab lanjutan – Kasih sayang Nabiﷺ

08/12/2025 9 kali dilihat 7 mnt baca

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ. اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَزِدْنَا عِلْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا.

Kaum muslimin dan muslimat رَحِمَنِي وَرَحِمَكُمُ اللهُ. Kembali kita melanjutkan hadits صَحِيحُ مُسْلِمٍ (Sahih Muslim).

بَابُ رَحْمَتِهِ ﷺ الصِّبْيَانَ وَالْعِيَالَ، وَتَوَاضُعِهِ وَفَضْلِ ذَلِكَ

(Bab: Kasih sayang dan sopan santun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anak-anak dan keluarga, serta kerendahan hati beliau serta keutamaan hal itu).

Kita telah mengambil hadits pertama. Hadits yang kedua:

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ، وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَهُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ، قَالَ: كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ، فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ، فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ، وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا، فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ، ثُمَّ يَرْجِعُ. قَالَ عَمْرٌو: فَلَمَّا تُوُفِّيَ إِبْرَاهِيمُ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ ابْنِي، وَإِنَّهُ مَاتَ فِي الثَّدْيِ، وَإِنَّ لَهُ لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ فِي الْجَنَّةِ.

(Diriwayatkan) dengan sanadnya kepada Anas bin Malik رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ. Beliau mengatakan:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ

(Anas mengatakan: “Aku tidak pernah melihat seorang yang sangat penyayang kepada keluarganya daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”).

Anas melanjutkan:

كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ

(Ibrahim disusui di sebuah desa yang berada dekat dengan kota Madinah). عَوَالِي الْمَدِينَةِ itu adalah kampung yang ada di Madinah, tetapi sudah sedikit agak keluar dari Madinah. Ya, bisa dikatakan pinggiran kampung.

فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ (Suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat ke desa tersebut dan kami pun ikut bersama beliau).

فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ، وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا

(Setelah sampai di rumah yang dituju, maka beliau masuk ke rumah tersebut yang telah dipenuhi asap. Kenapa? Karena orang bekerja pandai besi. Suami dari wanita menyusu itu tukang atau pandai besi ya. Pandai besi).

فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ، ثُمَّ يَرْجِعُ

(Lantas beliau mengambil Ibrahim ini. Beliau menciumnya. Kemudian beliau kembali). Jadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam anaknya disusukan di pinggiran kota. Beliau datangi terus beliau cium kemudian beliau kembali.

قَالَ عَمْرٌو: فَلَمَّا تُوُفِّيَ إِبْرَاهِيمُ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ

(Amr mengatakan: Ketika Ibrahim meninggal dunia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda):

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ ابْنِي، وَإِنَّهُ مَاتَ فِي الثَّدْيِ

(Sesungguhnya Ibrahim ini adalah putraku. Sesungguhnya dia meninggal dunia di susuan. Yakni meninggal dunia pada umur masih menyusu).

وَإِنَّ لَهُ لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ فِي الْجَنَّةِ

(Sesungguhnya dia akan memiliki dua orang yang akan menyusuinya, yang menyempurnakan susuannya itu di surga).

Imam Nawawi menjelaskan hadits ini:

أَمَّا الْعَوَالِي فَالْقُرَى الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ (Adapun Awali itu adalah kampung-kampung yang ada di Madinah).

قَوْلُهُ: أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ، هَذَا هُوَ الْمَشْهُورُ الْمَوْجُودُ فِي النُّسَخِ وَالرِّوَايَاتِ

(Ungkapan di hadits di atas “beliau adalah orang yang sangat penyayang dengan keluarganya”, inilah yang masyhur yang ada di dalam naskah-naskah dan riwayat-riwayat).

قَالَ الْقَاضِي: وَفِي بَعْضِ الرِّوَايَاتِ: بِالْعِبَادِ

(Qadhi Iyadh mengatakan di dalam sebagian riwayat “dengan manusia/hamba-hamba Allah”). Jadi tidak hanya keluarga saja tapi Nabi sangat penyayang kepada manusia. Nah di sini kalau dalam riwayat yang masyhur itu adalah khusus yaitu kepada keluarga.

Faedah yang bisa kita ambil:

  1. فَفِيهِ بَيَانُ كَرِيمِ خُلُقِهِ ﷺ وَرَحْمَتِهِ لِلْعِيَالِ وَالضُّعَفَاءِ (Di dalam hadits di atas faedah yang bisa kita ambil yaitu penjelasan tentang budi pekerti baik yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kasih sayang beliau terhadap keluarga dan orang-orang yang lemah). Jadi di sini menjelaskan dan menggambarkan memberikan keterangan kepada kita tentang tingginya akhlak Nabi. Budi pekerti yang dimiliki oleh Nabi, kasih sayang yang dimiliki oleh Nabi untuk keluarga dan orang-orang lemah.
  2. وَفِيهِ جَوَازُ الِاسْتِرْضَاعِ (Yang kedua: Boleh meminta seorang wanita untuk menyusui anak yang baru lahir). Ya, ini boleh. Berarti di sini boleh tidak ibunya yang menyusui, tapi dicari wanita lain yang bisa menyusuinya. Dan ini suatu hal yang kalau kita lihat ya sangat baik. Ada di antara wanita yang susunya sedikit, ada yang banyak. Daripada nyusu dengan sapi, ya lebih baik nyusu dengan manusia. Nah, tentu dengan catatan harus jelas tidak boleh memakai bank susu. Ya, kalau seandainya ada orang inisiatif buat bank susu lalu disusukan, enggak boleh. Itu haram hukumnya. Kenapa? Karena nanti bercampur baur. Tapi kalau disusukan boleh mengambil upah ya. Mengambil upah. Kemudian lima kali susuan sudah menjadikan anak tadi menjadi mahram bagi keluarga yang menyusukannya atau menyusuinya. Dan hendaklah tercatat karena يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ (diharamkan atau menjadi haram disebabkan oleh persusuan apa yang haram disebabkan oleh nasab). Karena air susu itu yang mengalir di tubuh bayi tadi yang menjadi darah dagingnya ya, sehingga di situlah menjadi mahramnya dia dan boleh untuk menerima upah ya dalam menyusuinya ini.
  3. وَفِيهِ فَضِيلَةُ رَحْمَةِ الْعِيَالِ وَالْأَطْفَالِ وَتَقْبِيلِهِمْ (Dalam hadits ini juga terdapat keutamaan menyayangi keluarga dan anak-anak yang masih kecil serta mencium mereka). Nabi mencium anaknya yang masih kecil itu.

Thayyib. Nabi mengatakan: وَإِنَّهُ مَاتَ فِي الثَّدْيِ، وَإِنَّ لَهُ لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ فِي الْجَنَّةِ

وَمَعْنَى مَاتَ فِي الثَّدْيِ: وَهُوَ فِي سِنِّ الرَّضَاعِ أَوِ الثَّدْيِ أَوْ فِي حَالِ تَغَذِّيهِ بِاللَّبَنِ

(Maknanya bahwasanya Ibrahim meninggal dunia pada umur menyusu atau umur menyusui, disusui oleh susuan ibu atau dalam keadaan dia sedang dikasih nutrisi ya, yaitu makannya dengan susu ASI).

وَأَمَّا الظِّئْرُ: وَبِكَسْرِ الظَّاءِ الْمُعْجَمَةِ بَعْدَهَا هَمْزَةٌ وَهِيَ الْمُرْضِعَةُ وَلَدَ غَيْرِهَا

(Adapun azh-zhi’r: adalah wanita yang menyusui anak orang lain, yakni ibu yang menyusui yang bukan anaknya).

وَزَوْجُهَا ظِئْرٌ لِذَلِكَ الرَّضِيعِ (Suaminya juga menjadi zhi’r juga namanya bagi bayi yang menyusui itu). فَاللَّفْظَةُ تَقَعُ عَلَى الْأُنْثَى وَالذَّكَرِ (Maka kata zhi’r itu berlaku untuk laki-laki, untuk perempuan dan laki-laki. Asalnya adalah untuk ibu yang menyusukan atau menyusui. Karena air susunya ini tentu disebabkan oleh suaminya ya. Maka suami dari ibu yang menyusui itu juga namanya zhi’r).

وَمَعْنَى تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ أَيْ تُتِمَّانِهِ سَنَتَيْنِ

(Dan makna tukammilani ridha’ahu: yakni maksudnya nanti di surga ada dua wanita yang akan menyusukannya menyempurnakan 2 tahun).

فَإِنَّهُ تُوُفِّيَ وَلَهُ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ (Di mana Ibrahim meninggal dunia, dia berumur 16 bulan atau 17 bulan). Ya, itu umurnya. Berarti masih tersisa ya 7 bulan lagi atau 8 bulan lagi gitu ya. 8 bulan atau 7 bulan. فَتُرْضِعَانِهِ بَاقِيَ سَنَتَيْنِ (Lalu nanti di surga dua wanita yang menyusukannya itu akan menyempurnakan, akan memberi menyusuinya sisa dari 2 tahun). فَإِنَّ تَمَامَ الرَّضَاعِ بِنَصِّ الْقُرْآنِ (Karena 2 tahun itu adalah persusuan yang atau masa menyusu yang sempurna berdasarkan nasnya Al-Qur’an).

قَالَ صَاحِبُ التَّحْرِيرِ: وَالْإِتْمَامُ لِإِبْرَاهِيمَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَكُونُ عَقِبَ مَوْتِهِ فِي الْجَنَّةِ مُتَّصِلًا بِمَوْتِهِ، فِيمَا فِيهَا رَآهُ كَرَامَةً لَهُ وَلِأَبِيهِ ﷺ

(Penyempurnaan susuannya ini terhadap Ibrahim ini langsung setelah beliau meninggal dunia ya, meninggal dunia beliau dikuburkan gitu ya, maka langsung disempurnakan susuannya di dalam surga. Dia masuk surga menyambung setelah kematiannya, karena surga itu sudah ada. Lalu di surga itu disempurnakan susuannya ya bukannya untuk nanti gitu kan. Tapi ya setelah dia meninggal dunia langsung disusuinya di surga. Sebagai kemuliaan ya, untuk dia yakni Ibrahim dan bapaknya yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

قَالَ الْقَاضِي: وَاسْمُ أَبِي سَيْفٍ هَذَا الْبَرَاءُ

(Qadhi Iyadh mengatakan: Nama Abu Saif yang dia itu adalah bapak persusuannya yaitu Al-Bara’).

وَاسْمُ أُمِّ سَيْفٍ زَوْجَتُهُ خَوْلَةُ بِنْتُ الْمُنْذِرِ الْأَنْصَارِيَّةُ

(Nama dari ibu yang menyusui, Ummu Saif itu ya istri dari Al-Bara’ ini adalah Khaulah binti Al-Mundzir Al-Anshari). Kuniyahnya adalah Ummu Saif dan Ummu Burdah.

Baik. Hadits selanjutnya:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، وَابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَدِمَ نَاسٌ مِنَ الْأَعْرَابِ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالُوا: أَتُقَبِّلُونَ صِبْيَانَكُمْ؟ فَقَالُوا: نَعَمْ. فَقَالُوا: لَكِنَّا وَاللهِ مَا نُقَبِّلُ! فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: وَأَمْلِكُ إِنْ كَانَ اللهُ نَزَعَ مِنْكُمُ الرَّحْمَةَ!

(Diriwayatkan) dengan sanadnya kepada Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا. Beliau mengatakan: Sekelompok orang Arab pedalaman datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu mereka berkata: أَتُقَبِّلُونَ صِبْيَانَكُمْ (“Apakah kalian mencium anak-anak kalian yang masih kecil?”)

فَقَالُوا: نَعَمْ (Para sahabat yang ada di Madinah mengatakan: “Iya”). Ini orang Arab pedalaman nih.

فَقَالُوا: لَكِنَّا وَاللهِ مَا نُقَبِّلُ (Datang orang-orang Arab pedalaman dia mengatakan: “Akan tetapi demi Allah kami tidak mencium anak-anak kami”).

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: وَأَمْلِكُ إِنْ كَانَ اللهُ نَزَعَ مِنْكُمُ الرَّحْمَةَ

(Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Yakni apakah aku bisa memiliki…” Ada yang mengatakan “Dan aku masih memiliki kasih sayang, jika seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut rasa kasih sayang dari kalian”).

Ibnu Numair mengatakan: مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ (“Kalau seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut dari hatimu rasa kasih sayang”).

Hadits yang kedua dikatakan:

حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ سُفْيَانَ، قَالَ عَمْرٌو: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ الْأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ أَبْصَرَ النَّبِيَّ ﷺ يُقَبِّلُ الْحَسَنَ، فَقَالَ: إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ.

(Diriwayatkan) dengan sanadnya kepada Abu Hurairah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ bahwasanya Al-Aqra’ bin Habis melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Hasan. Lalu dia mengatakan: “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak dan aku tidak pernah mencium satu pun dari mereka.”

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi maka dia tidak disayangi.”

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ كِلَاهُمَا عَنْ جَرِيرٍ … ح وَحَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، قَالَا: أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ … ح وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ … ح وَحَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ، كُلُّهُمْ عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، وَعَنْ أَبِي ظَبْيَانَ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.

Dengan sanadnya kepada Jarir bin Abdillah dia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Orang yang tidak menyayangi manusia maka Allah tidak akan menyayanginya.”

قَالَ الْعُلَمَاءُ: هَذَا عَامٌّ يَتَنَاوَلُ رَحْمَةَ الْأَطْفَالِ وَغَيْرِهِمْ

(Ulama mengatakan: Ungkapan di atas, siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi. Siapa yang tidak menyayangi manusia dia tidak akan disayangi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walaupun secara Asbabul Wurud, sebab Nabi mengungkapkan hadits ini karena tidak menyayangi anak kecil. Namun lafaz ini bersifat umum. Ulama mengatakan hadits ini yakni ungkapan di atas siapa yang tidak menyayangi dia tidak disayangi, bersifat universal, umum ya, meliputi berkasih sayang kepada anak-anak kecil atau yang lainnya ya. Baik anak kecil atau manusia secara umum).

Menyayangi itu bukan hanya mencium saja. Kalau anak kecil dicium, kalau yang sudah dewasa besar tentu dengan cara yang lain ya. Memberikan perhatian, membantu, dan yang lainnya. Maka dari ini kita sudah mempelajari bagaimana contoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki sifat yang mulia, santun, dan ya menyayangi anak-anak kecil. Dan tentu ini bisa menjadi apa namanya, menjadi contoh bagi kita. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling sempurna akhlaknya disempurnakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Allah Subhanahu memujinya:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya engkau sungguh di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).

Sehingga karena akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang agung ini, kita disuruh untuk mencontoh Nabi. Ya, mencontoh Nabi.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Mudah-mudahan bermanfaat.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

9