0%
Kembali ke Blog Syarah Shahih Muslim: Bab – Tentang tentang pemberian Nabiﷺ

Syarah Shahih Muslim: Bab – Tentang tentang pemberian Nabiﷺ

07/12/2025 34 kali dilihat 8 mnt baca

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ.

اللَّهُمَّ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ. اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَزِدْنَا عِلْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا. اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا. يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ نَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ.

Kaum muslimin dan muslimat رَحِمَنِي وَرَحِمَكُمُ اللهُ. Kembali kita melanjutkan kajian kita dalam صَحِيحُ مُسْلِمٍ (Sahih Muslim) dengan bab baru di dalam كِتَابُ الْفَضَائِلِ (Kitab al-Fadhail/Keutamaan), keutamaan-keutamaan atau kelebihan-kelebihan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

بَابُ مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ شَيْئًا قَطُّ فَقَالَ لَا، وَكَثْرَةُ عَطَائِهِ

(Bab: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah diminta akan sesuatu sama sekali lalu beliau mengatakan “Tidak”, dan banyaknya pemberian beliau).

Yakni maksudnya setiap kali Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diminta sesuatu, beliau tidak pernah mengatakan tidak. وَكَثْرَةُ عَطَائِهِ (Dan beliau adalah orang yang sering memberi). Pemberian beliau itu banyak sekali. Nah, ini maksudnya adalah beliau adalah orang yang penderma, sangat banyak sekali pemberiannya.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالَا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ، سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ شَيْئًا قَطُّ فَقَالَ: لَا

Jabir bin Abdillah dia mengatakan: “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sama sekali tidak pernah diminta sesuatu lalu beliau mengatakan tidak.”

Lalu hadits-hadits yang berikutnya itu adalah menerangkan tentang pemberian Nabi.

وَذَكَرَ أَحَادِيثَ بَعْدَهُ فِيهَا عَطَاؤُهُ ﷺ لِلْمُؤَلَّفَةِ وَغَيْرِهِمْ

(Lalu hadits-hadits yang akan kita pelajari setelah ini adalah tentang pemberian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang yang hatinya didekati [mualaf] dan selain mereka).

Hatinya didekati yakni boleh jadi dia baru masuk Islam atau ada kecenderungan ingin masuk Islam dan yang lainnya. وَفِي هَذَا كُلِّهِ بَيَانُ عَظِيمِ سَخَائِهِ (Dalam hal ini semuanya merupakan penjelasan tentang agungnya atau besarnya pemberian beliau/kemurahhatian beliau). وَغَزَارَةُ جُودِهِ (Dan kedermawanan beliau yang sangat tercurah).

وَمَعْنَاهُ مَا سُئِلَ شَيْئًا مِمَّا تَمْلِكُهُ الدُّنْيَا

(Dan maknanya: Tidaklah beliau diminta sesuatu dari apa yang dimiliki dunia/kemegahan dunia).

Yakni Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah sama sekali mengatakan tidak pada setiap yang diminta kepada beliau dari kemegahan dunia. Beliau beri, beliau kasih. Itu makna dari مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ شَيْئًا قَطُّ فَقَالَ لَا (Beliau tidak pernah mengatakan tidak pada setiap orang yang meminta kepadanya).

Hadits yang kedua:

حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ النَّضْرِ التَّيْمِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي ابْنَ الْحَارِثِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ مُوسَى، عَنْ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى الْإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ، قَالَ: فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ: يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً لَا يَخْشَى الْفَاقَةَ

Dengan sanadnya kepada Anas رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ, dia mengatakan: “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah diminta akan sesuatu atas nama Islam إِلَّا أَعْطَاهُ (kecuali beliau beri).” Pokoknya kalau ada yang meminta atas nama Islam, kepentingan Islam, kemajuan Islam, perkembangan Islam, kecuali Nabi beri.

قَالَ: فَجَاءَهُ رَجُلٌ (Ada seorang datang kepada beliau), فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ (Lalu orang yang meminta tadi beliau kasih kambing sebanyak seisi lembah dari dua gunung). Jadi ini gunung, ini gunung; ah ini penuh nih kambing dikasih Nabi. فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ (Lalu dia kembali kepada kaumnya), فَقَالَ: يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا (“Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian”), فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً لَا يَخْشَى الْفَاقَةَ (“Karena Muhammad itu memberi pemberian, pemberian orang yang tidak takut miskin”). Betul-betul tercurah pemberiannya.

Imam Nawawi mengatakan: قَوْلُهُ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، أَيْ كَثِيرَةً جِدًّا (Maka Nabi memberinya kambing antara dua lembah, yakni maknanya banyak sekali). كَأَنَّهَا تَمْلَأُ مَا بَيْنَ جَبَلَيْنِ (Seakan-akan dia memenuhi kambing itu memenuhi ya lereng antara dua gunung). وَفِي هَذَا وَمَا بَعْدَهُ الْعَطَاءُ لِلْمُؤَلَّفَةِ (Di dalam pemberiannya ini dan apa setelah hadits ini di mana beliau memberikan kepada orang-orang yang hatinya didekati). Ya, jadi mualaf itu bukan [hanya] orang masuk Islam, tapi orang-orang yang hatinya didekati مُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ; di antaranya adalah orang yang baru masuk Islam yang mungkin imannya belum stabil, masih labil, maka perlu ada pendekatan. Di antara pendekatan yang terbaik itu adalah dengan harta.

وَلَا خِلَافَ فِي مُؤَلَّفَةِ الْمُسْلِمِينَ (Dan tidak ada perbedaan di dalam memberikan kaum muslimin yang perlu didekati hatinya, yakni orang-orang yang baru masuk Islam). لَكِنْ هَلْ يُعْطَوْنَ مِنَ الزَّكَاةِ؟ (Apakah mereka itu… Akan tetapi apakah mereka ini diberikan dari harta zakat?). فِيهِ خِلَافٌ (Di dalam pembahasan ini terjadi perbedaan ulama). الْأَصَحُّ عِنْدَنَا أَنَّهُمْ يُعْطَوْنَ مِنَ الزَّكَاةِ وَمِنْ بَيْتِ الْمَالِ (Menurut kami yang paling sahih/benar itu adalah mereka diberikan dari zakat dan juga diberikan dari Baitul Mal/kas negara; di samping dari zakat juga dari kas negara). Kalau kas negara ya penghasilan negara. Kalau dulu dari fa’i atau dari jizyah ya, yakni upeti yang diberikan oleh orang-orang ya dari yang tidak mau masuk Islam dia berada di hukum Islam untuk membayar upeti, jizyah, dan itu menjadi kas negara.

وَالْقَوْلُ الثَّانِي لَا يُعْطَوْنَ مِنَ الزَّكَاةِ بَلْ مِنْ بَيْتِ الْمَالِ خَاصَّةً (Pendapat yang kedua mengatakan tidak diberi dari zakat, akan tetapi diberi dari kas negara khusus). Ya itu kalau seandainya mualaf Muslim. وَأَمَّا مُؤَلَّفَةُ الْكُفَّارِ (Adapun orang-orang yang kafir yang didekati hatinya; dia masih kafir, hatinya didekati), فَلَا يُعْطَوْنَ مِنَ الزَّكَاةِ، وَفِي إِعْطَائِهِمْ مِنْ غَيْرِهَا خِلَافٌ (Maka mereka tidak diberikan dari zakat. Di dalam pemberian kepada mereka dari selain dari zakat terjadi perbedaan).

الْأَصَحُّ عِنْدَنَا لَا يُعْطَوْنَ (Yang benar menurut kami mereka tidak diberi). لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ أَعَزَّ الْإِسْلَامَ عَنِ التَّأَلُّفِ (Maka tidak perlu ada pendekatan kepada orang-orang kuffar ini gitu loh ya. Tidak diberikan dari zakat, tidak juga dari yang lain menurut ya ulama Syafi’iyah. Kenapa? Karena Allah telah memuliakan dengan Islam atau telah memuliakan Islam dari pendekatan kepada orang-orang kuffar). Ya gak perlu pendekatan kepada orang kuffar. بِخِلَافِ أَوَّلِ الْأَمْرِ وَوَقْتِ قِلَّةِ الْمُسْلِمِينَ (Berbeda di awal-awal waktu dahulu, di waktu kaum muslimin masih sedikit perlu ada pendekatan, perlu ada ya kalau sekarang tidak perlu lagi). Ya, ini kata Imam An-Nawawi.

Namun dari apa yang disampaikan oleh ulama tentang fikih, kita melihat bahwa boleh diberikan dari zakat, yakni orang-orang yang baru masuk Islam. Berarti Muallafatul Muslimin, orang-orang yang sudah muslim tapi perlu pendekatan hati, dan orang-orang kuffar yang perlu pendekatan dan termasuk juga untuk menolak atau menghindari kejahatan mereka—ya mereka menyakiti kaum muslimin, tapi kalau dikasih uang enggak mau dia menyakiti—maka hal yang demikian boleh diberikan dari zakat.

Hadits yang ketiga:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ ﷺ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ، فَأَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ: أَيْ قَوْمِ أَسْلِمُوا، فَوَاللهِ إِنَّ مُحَمَّدًا لَيُعْطِي عَطَاءً مَا يَخَافُ الْفَقْرَ. فَقَالَ أَنَسٌ: إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلَّا الدُّنْيَا، فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الْإِسْلَامُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

Anas bin Malik dia mengatakan: “Ada seseorang meminta kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kambing antara dua gunung.” Tadi sudah kita ketahui karena jumlah yang banyak seakan-akan lembah itu penuh oleh kambing. فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ (Nabi pun memberinya). فَأَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ (Lalu dia mendatangi kaumnya, lalu dia mengatakan kepada kaumnya): أَيْ قَوْمِ أَسْلِمُوا (“Wahai kaumku, masuklah ke dalam agama Islam”), فَوَاللهِ إِنَّ مُحَمَّدًا لَيُعْطِي عَطَاءً مَا يَخَافُ الْفَقْرَ (“Maka demi Allah sesungguhnya Muhammad itu sungguh memberikan pemberian yang tidak takut jatuh miskin”).

فَقَالَ أَنَسٌ (Lalu Anas mengatakan): إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلَّا الدُّنْيَا (“Ada orang sungguh dia masuk Islam dia tidak menginginkan kecuali dunia”). Masuk Islam karena dunia mungkin boleh jadi mualaf dapat santunan. Nah, gitu ya, apa pemberian? فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الْإِسْلَامُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا (“Dan tidaklah dia masuk Islam [kemudiannya setelah dia masuk Islam] sampai Islam itu lebih dia cintai daripada dunia dan seisinya”).

Imam Nawawi dia mengatakan: هَكَذَا هُوَ فِي مُعْظَمِ النُّسَخِ (Begitu pada umum dalam naskah dari naskah hadits ini): فَمَا يُسْلِمُ (tidaklah dia masuk Islam). وَفِي بَعْضِهَا: فَمَا يُمْسِي (Dalam sebagian naskah mengatakan: “Tidaklah dia datang waktu sore”). Jadi, pagi dia masuk Islam diberi oleh Nabi, ternyata sebelum datang sore hari… Ya, وَكِلَاهُمَا صَحِيحٌ (dan kedua lafaznya adalah sahih), tidaklah sebelum dia datang sore hari ternyata Islam adalah lebih dicintai oleh dirinya ketimbang dari dunia dan seisinya.

وَمَعْنَى الْأَوَّلِ: فَمَا يَلْبَثُ بَعْدَ إِسْلَامِهِ إِلَّا يَسِيرًا حَتَّى يَكُونَ الْإِسْلَامُ أَحَبَّ إِلَيْهِ

(Arti dari awal: Tidaklah dia masuk Islam kecuali selang waktu yang pendek setelah Islamnya, Ya Allah jadikan Islam itu lebih dia cintai).

وَالْمُرَادُ أَنَّهُ يُظْهِرُ الْإِسْلَامَ أَوَّلًا لِلدُّنْيَا لَا بِقَصْدٍ صَحِيحٍ مِنْ قَلْبِهِ

(Yakni di awal dia masuk Islam, dia menampakkan Islam itu pertama kali hanya untuk dunia. Tidak dengan tujuan yang benar dari hatinya, tidak dengan tujuan yang sahih yang benar dari hatinya).

ثُمَّ مِنْ بَرَكَةِ النَّبِيِّ ﷺ وَنُورِ الْإِسْلَامِ لَمْ يَلْبَثْ إِلَّا قَلِيلًا حَتَّى يَنْشَرِحَ صَدْرُهُ بِحَقِيقَةِ الْإِيمَانِ

(Kemudian karena keberkahan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan karena cahaya Islam, tidaklah selang waktu kecuali sedikit sekali/pendek sekali, sampai hatinya terbuka dengan hakikat iman).

Baru masuk Islam gak lama hatinya semakin terbuka dengan iman, وَتَتَمَكَّنُ مِنْ قَلْبِهِ (dan iman itu semakin menancap di hatinya), فَيَكُونُ حِينَئِذٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا (maka dengan pada waktu itu Islam lebih dia cintai daripada dunia dan seisinya). Ya. Nah, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan pemberian yang luar biasa.

Hadits yang berikutnya:

وَحَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ سَرْحٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ: غَزَا رَسُولُ اللهِ ﷺ غَزْوَةَ الْفَتْحِ فَتْحِ مَكَّةَ، ثُمَّ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَاقْتَتَلُوا بِحُنَيْنٍ، فَنَصَرَ اللهُ دِينَهُ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَعْطَى رَسُولُ اللهِ ﷺ يَوْمَئِذٍ صَفْوَانَ بْنَ أُمَيَّةَ مِائَةً مِنَ النَّعَمِ ثُمَّ مِائَةً ثُمَّ مِائَةً. قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ، عَنْ صَفْوَانَ قَالَ: وَاللهِ لَقَدْ أَعْطَانِي رَسُولُ اللهِ ﷺ مَا أَعْطَانِي، وَإِنَّهُ لَأَبْغَضُ النَّاسِ إِلَيَّ، فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِي حَتَّى إِنَّهُ لَأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ.

Ibnu Syihab dia menjelaskan bahwa dengan sanad kepada Ibnu Syihab, dia mengatakan: Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan perang menaklukan Makkah, dan memang beliau datang dengan sengaja ya mempersiapkan diri untuk menaklukan Makkah dengan perang. Tapi terjadi perbedaan yang sudah kita pelajari dahulu apakah Makkah ditaklukkan dengan perang atau tidak. Ya, sudah kita pelajari sebelumnya.

Setelah ditaklukkan ke kota Makkah, ثُمَّ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (Lalu Nabi berangkat keluar dari Makkah bersama orang-orang kaum muslimin yang ada bersama beliau) menuju ke Hunain, ya menghadapi Bani Tsaqif dan yang lainnya dari Thaif karena dia datang untuk melindungi atau membela orang Makkah. Ternyata Nabi lebih duluan datang ke Makkah. Maka Nabi keluar dari Makkah bersama orang-orang kaum muslimin yang ada bersama beliau, yakni termasuk orang-orang yang baru masuk Islam sehingga jumlah mereka sangat banyak.

فَاقْتَتَلُوا بِحُنَيْنٍ (Lantas mereka berperang di Hunain). Hunain itu adalah lokasi di belakang Arafah. فَنَصَرَ اللهُ دِينَهُ وَالْمُسْلِمِينَ (Allah menolong memenangkan agama-Nya dan kaum muslimin). Di awal peperangan kaum muslimin kalah. Ya, itulah yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah At-Taubah:

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا

“Sungguh Allah telah memenangkan kalian di peperangan-peperangan yang banyak, dan pada hari perang Hunain ketika jumlah kalian yang banyak telah menjadikan kalian angkuh (sombong) akan tetapi itu tidak bermanfaat sama sekali…” (QS. At-Taubah: 25).

Sehingga kalah di awalnya, kemudian Allah turunkan sakinah kepada Nabi dan kaum muslimin, akhirnya berbalik. Di sini menunjukkan bahwa kemenangan itu di antaranya adalah pertama adalah perbaikan tauhid, yang kedua adalah ketaatan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

وَأَعْطَى رَسُولُ اللهِ ﷺ يَوْمَئِذٍ صَفْوَانَ بْنَ أُمَيَّةَ مِائَةً مِنَ النَّعَمِ ثُمَّ مِائَةً ثُمَّ مِائَةً

(Pada waktu itu setelah perang Nabi mendapatkan rampasan perang. Nabi memberikan Safwan bin Umayyah 100 kambing [unta/ternak], kemudian 100, kemudian 100).

Siapa dia? Adalah tokoh Quraisy. Ya, tokoh Quraisy yang Umayyah ini bapaknya mati kapan? Waktu perang Badar. Tokoh bapaknya juga tokoh Quraisy. Tokoh kafir Quraisy. Kira-kira kalau tokoh itu fakir atau miskin atau kaya? Pasti kaya. Lalu Nabi beri dia 100, kemudian 100, kemudian 100.

قَالَ ابْنُ شِهَابٍ (Ibnu Syihab mengatakan): حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ (Said bin Musayyab telah menceritakan kepadaku), أَنَّ صَفْوَانَ قَالَ (bahwa Safwan ini dia mengatakan): وَاللهِ لَقَدْ أَعْطَانِي رَسُولُ اللهِ ﷺ مَا أَعْطَانِي (“Demi Allah sungguh Rasulullah telah memberiku kepada… telah memberi kepadaku pemberian yang telah beliau berikan [semua pemberian sudah diberikannya]”). Itu apa yang telah diberikan oleh Rasulullah. وَإِنَّهُ لَأَبْغَضُ النَّاسِ إِلَيَّ (“Dan sesungguhnya Rasulullah itu dahulunya adalah orang yang manusia yang paling aku benci”).

فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِي (“Beliau senantiasa memberiku,” ya terus memberi), حَتَّى إِنَّهُ لَأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ (“Sampai Rasulullah adalah manusia yang paling aku cintai”).

Ini kalau kita lihat pertama adalah memberikan zakat, dampak memberikan zakat kepada ya orang-orang yang didekati hatinya. Yang kedua bahwa الْمُنْعِمُ يُحَبُّ (orang yang beri nikmat/orang yang memberikan pemberian itu nikmat pasti dicintai). Nabi mengatakan: تَهَادَوْا تَحَابُّوا (“Saling memberi hadiahlah, pasti kalian saling mencintai”). Jadi orang yang memberi pasti akan dicintai.

Nah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang tadinya adalah paling dibenci oleh Safwan bin Umayyah, Nabi terus beri, terus beri ya, sampai Nabi adalah orang yang paling dicintai. Sampai dalam sebuah riwayat dikatakan oleh Safwan bin Umayyah, “Tidak ada yang akan memberi seperti ini kecuali seorang Nabi,” sehingga menjadikan Islam itu kokoh di dalam hatinya.

Maka ini dahsyatnya pemberian. Maka kalau seandainya kita dakwah tidak dakwah dengan kajian [saja], tapi dakwah juga sosial gitu, pemberian, bantuan. Ini adalah bagian dari bentuk dakwah. Ya. Wallahu Ta’ala A’lam.

Sampai di sini dulu kajian kita. Semoga bermanfaat. Insyaallah yang sisa akan kita tambah nanti.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

34