0%
Kembali ke Blog Tabligh Akbar : Istiqamah di Atas Fitnah #1

Tabligh Akbar : Istiqamah di Atas Fitnah #1

06/12/2025 10 kali dilihat 7 mnt baca

Istiqamah di Atas Fitnah

وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahimani warahimakumullah. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa menganugerahkan kepada kita segala nikmat dan karunia-Nya. Karena kehidupan kita tidak akan pernah lepas dari karunia Allah, maka sepantasnya bagi kita sebagai hamba yang diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk selalu mensyukurinya. Siapa yang mensyukurinya, sesungguhnya dia mensyukuri untuk dirinya sendiri. Selawat dan salam semoga dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Kaum muslimin dan muslimat rahimani warahimakumullah. Sebelum kita masuk dalam kajian kita, aturannya bagaimana nih? Kalau datang waktu azan terus kajian, lanjut kajian sampai selesai. Baik.

Judul yang diberikan adalah “Istiqamah di Atas Fitnah”. Maksudnya di sini adalah istiqamah di atas agama dalam menghadapi fitnah. Masa ada yang istiqamah di atas fitnah? Enggak ada ya. Maka kita harus menghindari fitnah. Apa makna istiqamah dan bagaimana urgensinya dalam kehidupan muslim?

Definisi Istiqamah

Tentang istiqamah, Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Qurtubi, mengatakan:

الِاسْتِقَامَةُ هِيَ لُزُومُ طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى سَوَاءٌ كَانُوا عَلَيْهَا وَدَوَامُوا فِيْهَا مَعَ اجْتِنَابِ مَنَاهِيهِ

“Istiqamah adalah tetap dalam ketaatan kepada Allah, konsisten dalam pelaksanaan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.”

Itu adalah istiqamah; tetap dalam ketaatan kepada Allah, konsisten di dalam menjalankan ketaatan, menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menjauhi larangan.

Ibnu Rajab mengatakan:

الِاسْتِقَامَةُ هِيَ سُلُوكُ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ، وَهُوَ الدِّينُ الْقَيِّمُ مِنْ غَيْرِ انْحِرَافٍ عَنْهُ يَمْنَةً وَلَا يَسْرَةً

“Istiqamah adalah berjalan lurus di atas jalan yang benar, yaitu jalan yang jelas yang menghantarkan kepada Allah Ta’ala tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri.”

Jadi selalu di atas jalan yang lurus, jalan yang benar. Jalan ini menghantar kita menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada penyimpangan. Maka seorang muslim hendaklah dia istiqamah di dalam kehidupannya.

Janji Allah bagi Orang yang Istiqamah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Fussilat ayat 30:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah,” lalu mereka teguh pendiriannya di atas itu. Tetap menyatakan bahwa Rabb-nya adalah Allah yang diibadatinya, yang ditaatinya, yang perintah-Nya dijalankan, dan larangan-larangan-Nya ditinggalkan.

Orang istiqamah di dalam kehidupannya, apa yang akan dia dapatkan? عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. Maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا “Janganlah kamu takut dan jangan pula kamu bersedih.” وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ “Dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Manfaat istiqamah adalah menjadikan orang istiqamah itu tidak perlu dia takut, tidak perlu dia khawatir, dan tidak perlu dia bersedih, serta dijanjikan baginya surga yang telah dijanjikan.

Perintah Istiqamah kepada Nabi dan Umatnya

Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk istiqamah. Dalam Surah Hud ayat 112 Allah berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا

“Maka tetaplah kamu di atas jalan yang benar (istiqamahlah) sebagaimana diperintahkan kepadamu.”

Jadi istiqamah harus sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Konsisten di atas apa yang diperintahkan oleh Allah. وَمَنْ تَابَ مَعَكَ “Juga orang yang telah bertobat bersamamu,” وَلَا تَطْغَوْا “Dan janganlah kalian melampaui batas.”

Maka ini menunjukkan kepada kita perintah kepada Nabi kita untuk istiqamah, juga perintah kepada umatnya. Dan istiqamah ini amat berat. Istiqamah, selalu kita berusaha konsisten, amat berat. Sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا

“Surah Hud dan saudara-saudaranya telah menjadikanku beruban.”

Mungkin kita bisa istiqamah satu hari, dua hari, setelah itu kita mulai mundur. Tapi ini adalah perintah untuk istiqamah setiap saat. Berat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh seorang sahabat, Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi. Beliau mengatakan:

قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ

“Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu perkataan di dalam Islam yang aku tidak akan pernah bertanya lagi tentangnya selain darimu (cukuplah saya tanya denganmu, saya akan pegang itu).”

Apa kata Nabi?

قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

Nabi mengatakan: “Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah di atas perkataan itu.”

Ketika kita mengatakan قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ (aku beriman kepada Allah), ada kelanjutannya, rentetannya, tuntutannya. Kita beriman kepada Allah, kita menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita menjalankan syariat-Nya, kita menjalankan perintah-perintah-Nya, kita selalu menaati-Nya. Maka Nabi mengatakan ثُمَّ اسْتَقِمْ, konsistenlah dalam ketaatan kepada Allah selalu.

Hakikat Fitnah dan Ujian

Maka ini menunjukkan pentingnya kita istiqamah di dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena kehidupan kita ini sering dihadapi oleh fitnah, dihadang oleh fitnah. Al-Qur’an dalam Surah Al-Anfal ayat 28 mengatakan:

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Ayat ini menunjukkan kepada kita bagian dari jenis-jenis fitnah. Allah katakan: “Dan ketahuilah bahwasanya hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah (ujian/cobaan).” Kita diuji oleh harta yang kita miliki, oleh anak yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala amanatkan kepada kita. Apakah amanah ini kita jalankan dengan baik atau tidak? Itu adalah ujian (fitnah). وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ, “Dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Maka jenis dari fitnah adalah harta juga. Jenis dari fitnah adalah anak. Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan dalam Surah At-Taghabun ayat 14: إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ (Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu—ini bentuk ujian). Istri juga fitnah, ujian.

Termasuk juga fitnah satu sama lain di antara kita. Dalam Surah Al-Furqan ayat 20:

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

“Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan (atau fitnah) bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar?”

Sikap sebagian dari teman kita ada yang melampaui batas, ada yang menzalimi kita. Itu adalah ujian cobaan. أَتَصْبِرُونَ kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Apakah kalian bisa bersabar?”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ، وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي، وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ، وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ

“Akan ada fitnah-fitnah; orang yang duduk pada saat terjadinya fitnah itu lebih baik daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri pada saat fitnah itu lebih baik daripada orang yang berjalan. Orang yang berjalan di dalam fitnah itu (dalam kejadian fitnah itu) lebih baik daripada orang yang berlari. Siapa yang ingin coba-coba tahu (melihat-lihat fitnah), fitnah itu akan menariknya. Dan barang siapa mendapatkan tempat berlindung dari fitnah, hendaklah dia berlindung.”

Siapa yang ingin coba-coba tahu? Karena ada orang lihat fitnah pengin tahu aja. Bukan tidak ada urusannya, tapi dia pengin tahu aja. Maka boleh jadi dia akan tercemplung di dalamnya. وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ, ini menunjukkan kepada kita bahwa fitnah itu bermacam-macam. Tidak hanya satu, dua, dan malahan sangat banyak sekali. Satu sama lain di antara kita juga bermacam-macam fitnah yang dihadapinya. Terhadap fitnah harta; ada yang hartanya banyak, ada hartanya sedikit, itu ada juga fitnah. Hubungan dengan sesama manusia juga terjadi bermacam-macam model.

Lalu apa itu fitnah? Ibnu Qayyim mengatakan:

الْفِتْنَةُ هِيَ الِابْتِلَاءُ وَالِامْتِحَانُ وَالِاخْتِبَارُ

“Fitnah itu adalah ujian, cobaan, dan tes.”

كُلُّ شَيْءٍ يَمْتَحِنُ اللهُ بِهِ عِبَادَهُ لِيَتَبَيَّنَ الصَّادِقُ مِنَ الْكَاذِبِ وَالْمُؤْمِنُ مِنَ الْمُنَافِقِ فَهُوَ فِتْنَةٌ

“Setiap sesuatu yang mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-hamba-Nya, dengan ujian itu diketahui siapa yang jujur, siapa yang berbohong, diketahui mana yang mukmin, mana yang munafik, itu adalah ujian (fitnah, cobaan).”

تَكُونُ بِالْمَالِ “Boleh jadi cobaan dan ujian itu dalam bentuk harta,” وَالْفَقْرِ “dan dalam bentuk kefakiran.” Kita sudah taat, kita sudah berusaha tapi tetap juga tidak dapatkan harta, hidup ini malahan semakin sempit; ujian. Ada orang lalai dalam beribadah kepada Allah tapi Allah berikan dia harta yang banyak; ujian. وَالشُّبُهَاتِ “diuji juga dengan syubhat,” وَالشَّهَوَاتِ “dan syahwat (diuji dengan dorongan syahwat),” dan yang lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan dalam Surah Al-Ankabut ayat 1-3:

الٓمٓ. أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwasanya mereka dibiarkan mengatakan ‘Kami telah beriman’ lalu mereka tidak diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Dan sungguh Allah mengetahui siapa yang jujur di antara mereka, dan siapa yang berbohong.”

Jadi ujian yang menimpa kita itu sedang diuji kita ini; fitnah, ujian. Apakah kita jujur dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala atau kurang jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Syaikh Bin Baz rahimahullahu Ta’ala mengatakan:

أَعْظَمُ الْفِتَنِ فِتْنَةُ الشُّبُهَاتِ الَّتِي تَضُرُّ بِدِينِ الْمَرْءِ وَعَقِيدَتِهِ

“Dari segala jenis fitnah-fitnah, maka fitnah yang terbesar adalah fitnah syubhat yang dapat mencelakakan agama seseorang dan akidahnya.”

Strategi Mempertahankan Istiqamah Saat Menghadapi Fitnah

Sudah masuk waktu lagi. Bagaimana strategi mempertahankan istiqamah saat menghadapi fitnah? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 200:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Strategi yang pertama itu adalah dengan kesabaran dan berupaya untuk sabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang beriman, bersabarlah kamu.” وَصَابِرُوا “Kuatkanlah kesabaranmu (berupayalah untuk sabar).” Ada orang yang memang karakternya penyabar, ada yang tidak. Yang tidak, bagaimana cara dia bersabar? Dia perlu berupaya untuk sabar. وَرَابِطُوا “Dan bersiapsiagalah,” وَاتَّقُوا اللَّهَ “bertakwalah kepada Allah,” لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “agar kamu beruntung.”

Maka strategi pertama kita untuk menghadapi fitnah itu adalah kesabaran. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 45 juga Allah mengatakan:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan cara bersabar dan mengerjakan salat. Dan sesungguhnya demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Maka diperlukan kesabaran.

10